Hetalia: Axis Powers - Liechtenstein

Thursday 20 December 2012

MEMAHAMI AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA


MEMAHAMI AL-QUR’AN
TENTANG ETOS KERJA
.
A. SIKAP KERJA KERAS
          Sikap kerja keras atau yang lebih dikenal dengan nama etos kerja untuk kerja keras adalah sikap yang mendasar terhadap diri dan lingkungan yang terpencar dalam perilaku kehidupan. Selain itu etos kerja dapat juga berarti sejumlah nilai-nilai yang dijadikan acuan oleh seseorang dalam menggerakkan dirinya dalam berhadapan dengan lingkungan sosial dimana ia berada. Dengan demikian terdapat etos kerja yang kurang mendukung kemajuan seseorang, dan ada pula etos kerja yang mendukung kemajuan seseorang, seperti sikap kerja keras.
          Kerja didalam bahasa arab disebut dengan kata ‘amala dan yang seakar dengan kata tersebut. Menurut penelitian Muhammad Abdul Baqi, bahwa didalam Al-Qur’an kata-kata berarti bekerja diulang sebanyak 412 kali dan sering kali dihubungkan dengan sifat pekerjaan itu, yakni pekerjaan yang salih, atau amal salih, yaitu pekerjaan yang membawa kebaikan, baik bagi pelakunya sendiri maupun bagi orang lain. Kebaikan tersebut dapat berupaa perbaikan terap kehidupan ekonomi, kehidupan mental spiritual, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Atau ringkasnya, berupa pekerjaan yang membawa kebaikan hidup didunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat.
          disebutkan masalah kerja yang demikian banyak dalam Al-Qur’an itu menunjukkan bahwa masalah kerja sangat penting dalam kehidupan seseorang, dan lebih khusus lagi kerja yang menghasilkan sesuatu yang dapat mendukung perbaikan, hidup dalam segala bidang, yaitu kerja yang menghasilkan sesuatu yang bereharga.
          Allah telah memberikan alam dengan segala isinya kepada manusia dan untuk mendapatkan manfaat dari alam itu, manusia harus berusaha dan bekerja.
          Al-Qur’an menganjurkan agar waktu siang digunakan untuk mencari sesuatu yang diperlukan bagi kehidupan. (Q.S.Naba, 78:11), Allah menjadikan segala yang ada dibumi ini sebagai lapangan untuk mencari kehidupan (Q.S.Al A’raf, 7:10), Allah memerintahkan agar manusia berterbaran dimuka bumi untuk mencari rezeki serta anugerah dari Allah SWT. (Q.S.Al Jumuah, 62:10)
          Selanjutnya dalam Hadis Nabi Muhammad SAW dinyatakan: ”Sesungguhnya apabila seseorang diantara kamu mengambil tali kemudian mencari kayu bakar dan kayu itu diletakkan diatas punggungnya, maka hal itu adalah lebih baik daripada ia mendatangi seseorang yang kaya raya untuk meminta sesuatu kepadanya, yang adakalanya ia diberi, dan adakalanya ia tidak diberi.(H.R. Bukhari dan Muslim).
          Praktek kerja keras itu telah dilakukan oleh Rasulullah SAW dari semenjak ia kanak-kanak, hingga akhir hayatnya. Beliau misalnya tercatat dalam sejarah sebagai orang yang bergemar berniaga dengan penuh semangat dan kejujuran. Demikian pula para sahabat dekatnya, seperti Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali dikenal juga sebagai pedagang atau pengusaha yang ulet dan jujur bahkan Umar pernah berkata: “Janganlah kamu sekali-kali duduk termenung dan tidak suka bekerja keras mencari rezeki, dan hanya berdo’a saja: Ya Allah, berilah hamba rezeki”.
          Lebih lanjut beliau menambahkan bahwa langit tidak akan pernah menurunkan hujan emas atau perak. Sahabat lainnya Ibnu Mas’ud juga pernah berkata: “Saya ini benar-benar berkata tidak suka melihat orang yang kerjanya santai dan pengangguran, tidak berusaha untuk kepentingan dunia dan akhiratnya”.

B.  PRODUKTIFITAS KERJA
          Yang dimaksud dengan produktifitas kerja disini adalah  suatu keadaan dimana seseorang senantiasa meningkatkan kerjanya untuk menghasilkan sesuatu yang lebih meningkat dari sebelumnya. Untuk ini, maka seseorang harus senantiasa meningkatkan pengetahuan, keterampilan, semangat dan kerajinannya dari hari ke hari, agar dapat meningkatkan hasil usahanya.
          Meningkatkan produktifitas kerja serupa itu telah diperaktikan oleh Rasulullah SAW dan sebagian dari para sahabatnya. Kita misalnya membaca riwayat seorang petani kurma yang berusaha meningkatkan hasil panen kurmanya dengan cara mengawinkan kurma yang kurang subur dengan kurma yang subur. Sahabat itu kemudian bertanya tentang status dari usaha itu, kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW mengatakan: “Kamu lebih tahu dalam urusan duniamu”. Jawaban Rasulullah ini menunjukkan selain tanda setujunya dengan apa yang dilakukan oleh sahabatnya, juga terkandung, agar sahabat itu lebih banyak lagi melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan produktifitas kerja itu.
          Untuk meningkatkan produktifitas kerja itu dapat pula dilakukan denga cara senatiasa memberikan motivasi kerja dengan penciptaan suasana kerja yang nyaman, dukungan teknologi, dan lain sebagainya.
C.  MEMACU PERUBAHAN SOSIAL UNTUK KEMAJUAN
          Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa ajaran Islam amat mendorong peningkatan produktifitas kerja dengan cara meningkatkan berbagai hal yang diperlukan untuk itu. Semua usaha ini pada akhirnya akan membawa kepada kemajuan dan terhindar dari keterbelakangan. Istilah kemajuan disejajarkan pula dengan istilah modern yang ciri-cirinya antara lain: berpikir rasional, berorientasi kemasa depan, menghargai waktu, terbuka untuk menerima pendapat orang lain, berorientasi pada prestasi, menjalin hubungan secara bersifat mendunia.
          Menurut teori bahwa perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Namun yang terpenting dari itu semua adalah kesediaan orang untuk menerima perubahan-perubahan tersebut yaitu perubahan terhadap apa yang ada dalalm diri seseorang.

No comments:

Post a Comment