BAB II
PEMBAHASAN
SAHAM
Surat-surat
berharga yang diperdagangkan di pasar modal sering disebut efek atau sekuritas,
salah satunya yaitu saham. Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas.
Wujud saham
adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 5).
A. SAHAM
PREFEREN
Saham preferen mempunyai sifat
gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa. Seperti bond yang
membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang
tetap berupa dividen preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim
pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi (bond). Dibandingkan
dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas
dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh
karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengah-tengah
antara bond dan saham biasa.
1.
Karakteristik
Saham Preferen
Beberapa karakteristik dari saham
preferen adalah sebagai berikut:
1) Preferen
terhadap Dividen
a. Pemegang
saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu
dibandingkan dengan pemegang saham biasa.
b. Saham
preferen juga umumnya memberikan hak dividen kumulatip, yaitu memberikan hak
kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum
dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya. Jika saham
preferen disebutkan memberikan hak dividen kumulatip, maka dividen-dividen
tahun sebelumnya yang belum dibayarkan disebut dengan dividens in arrears.
2) Preferen
Pada Waktu Likuidasi
Saham preferen
mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak
yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Besarnya hak atas
aktiva adalah sebesar nilai nominal saham preferennya termasuk semua dividen
yang belum dibayarkan jika bersifat kumulatif.
2.
Macam-Macam
Saham Preferen
Untuk menarik minat investor
terhadap saham preferen dan untuk memberikan beberapa alternatip yang
menguntungkan baik bagi investor atau bagi perusahaan yang mengeluarkan saham
preferen, ada beberapa macam saham preferen telah dibentuk yaitu:
a. Convertible
Preferred Stock
Untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa, beberapa saham
preferen menanbah bentuk di dalamnya yang memungkinkan pemegangnya untuk
menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah
ditentukan
b. Callable
Preferred Stock
Bentuk lain saham preferen adalah memberikan hak kepada perusahaan yang
mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal
tertentu di masa mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga tebusan ini
biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnnya.
c. Floating
atau Adjustable-rate Preferred Stock (ARP)
Saham preferen ini merupakan saham inovasi baru di Amerika Serikat yang
dikenalkan pada tahun 1982. Saham preferen ini tidak membayar dividen secara
tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari
sekuritas t-bill (treasury bill). Saham preferen tipe baru ini cukup populer
sebagai investasi jangka pendek untuk investor yang mempunyai kelebihan kas.
B. SAHAM
BIASA
Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior
dalam hal pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa ini merupakan saham yang paling
banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar. Sebagai pemilik perusahaan pemegang
saham biasanya memiliki hak.
1.
Hak
Pemegang Saham Biasa
1) Hak
Kontrol
Pemegang
saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Hal ini berarti bahwa
pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa saja yang akan memimpin
perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk
memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau
tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham.
2) Hak
Menerima Pembagian Keuntungan
Sebagai
pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapatkan bagian dari
keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, tetapi sebagian laba akan
ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini (retained
earning) merupakan sumber dana intern perusahaan sedangkan laba yang
tidak ditahan diberikan kepada pemilik saham dalam bentuk dividen.
3) Hak
Preemptive
Hak
preemtive (preetive right) merupakan hak untuk mendapatkan persentase
kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika
perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham yang beredar akan lebih
banyak dan akibatnya persentase kepemilikan saham yang lama akan turun.
Hak preemtive memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk
membeli tambahan saham baru, sehingga persentase kepemilikan tidak berubah.
C.
SAHAM
TREASURI
Saham tresuri (trasury stock) adalah
saham milik perusahaaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian
dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagai
treasuri. Perusahaan emiten membeli kembali saham beredar sebagai saham
treasuri dengan alasan –alasan sebagai berikut:
1. Akan
digunakan dan diberikan kepada manajer-manajer atau karyawan-karyawan di dalam
perusahaan sebagai bonus dan kompensasi dalam bentuk saham.
2. Meningkatkan
volume perdagangan di pasar modal dengan harapan meningkatkan nilai pasarnya
3. menambahkan
jumlah lembar saham yang tersedia untuk digunakan menguasai perusahaan lain.
4. mengurangi
jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikkan laba perlembarnya
5. Alasan
khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham yang beredar sehingga dapat
mengurangi kemungkinan perusaah lain menguasai jumlah saham secara mayoritas
dalam rangka pengambilan alih tidak bersahabat (hostile takeover)
NILAI SAHAM
Ada tiga
jenis penilaian saham yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value)
dan nilai intrinsik (intrinsik value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut
pembukuan perusahaan emiten. Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham
dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.
Ketiga
konsep ini merupak hal yang penting, karena dapat digunakan untuk mengetahui
saham-saham mana yang bertumbuh (growth) dan yang murah (undervalued). Dengan
mengetahui nilai buku dan nilai pasar, pertumbuhan perusahaan dapat diketahui.
Pertumbuhan perusahaan menunjukkan investment opportunity set (IOS) atau set
kesempatan investasi dimasa datang.
Mengetahui
nilai pasar dan nilai intrinsik dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham
mana yang murah, tepat nilainya atau yang mahal. Nilai intrinsik merupakan
nilai sebenarnya dari perusahaan. Nilai pasar yang lebih kecil dari nilai
intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang murah
(undervalued), karena investor membayar saham tersebut lebih kecil dari yang
seharusnya dia bayar. Sebaliknya nilai pasar yang lebih besar dari niali
intrinsik menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang mahal.
A.
NILAI
BUKU DAN NILAI-NILAI LAIN YANG BERHUBUNGAN
Untuk menghitung nilai buku suatu
saham, beberap nilai yang berhubungan dengannya perlu diketahui. Nilai-nilai
ini adalah nilai nominal (par value), agio saham (additional paid in capital
atau in excess of par value), niali modal yang disetor (paid in capital) dan
laba yang ditahan (retained earnings).
Untuk
menghitung nilai buku suatu saham, beberapa nilai yang berhubungan dengannya
yang perlu di ketahui yaitu :
a.
Nilai
Nominal
Nilai
nominal (par value) dari suatu saham
merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham.
b.
Agio
Saham
Agio
saham (additional paid-in capital atau in excess of par value) merupakan
selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal
sahamnya. Agio saham ditampilkan di neraca dalam nilai totalnya yaitu agio per
lembar dikalikan dengan jumlah lembar yang dijual.
c.
Nilai
Modal Disetor
Nilai
modal disetor (paid in capital)
merupakan total ynag dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk
ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor
merupakan penjumlahan total nilai nominal ditambah dengan agio saham.
d.
Laba
Ditahan
Laba
ditahan (retained earnings) merupakan
laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini
diinvestasikan kembali kepada perusahaan sebagai sumber dana internal.
e.
Nilai
Buku
Nilai
buku (book value) per lembar saham
menunjukkan aset bersih (net assets)
yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena
aset bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku
per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
Jika
perusahaan mempunyai dua macam kelas saham, yaitu saham preferen dan saham
biasa, maka perhitungan nilai buku per lembar untuk masing-masing kelas ini
lebih rumit dibandingkan jika hanya mempunyai saham biasa saja. Perhitungan
nilai buku per lembar saham untuk dua macam kelas saham adalah sebagai berikut
:
1. Hitung
nilai ekuitas saham preferen
Yaitu
dengan mengalikan nilai tebus (call
price) ditambah dengan dividen yang di arrears
dengan lembar saham preferen yang beredar.
2. Hitung
nilai ekuitas saham biasa
Nilai
ekuitas saham biasa bisa di hitung dengan mengurangi nilai total ekuitas dengan
nilai ekuitas saham preferren.
3. Nilai
buku saham biasa dihitung dengan membagi nilai ekuitas saham biasa dengan
jumlah lembar saham biasa yang beredar.
B.
NILAI PASAR
Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan
dan penawaran saham di pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar
sekunder. Nilai pasar tidak lagi dipengaruhi oleh emiten atau pihak pinjaman
emisi, sehingga boleh jadi harga inilah yang sebenarnya mewakili nilai suatu
perusahaan.
C.
NILAI INTRINSIK
Nilai seharusnya atau nilai intrinsik disebutkan juga
denga nilai fundamental fundamental value). Dua macam analisis yang banyak
digunakan untuk menentukan nilai sbenarnya dari saham adalah analisis sekuritas
fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (companya
analysis) dan analisis teknis (technical analysis). Analisis fundamental
menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan
(misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya), sedang
analisis teknis menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume
transaksi saham) untuk menentukan nilai dari saham.
Untuk analisi
fundamental, ada dua pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu :
a)
Pendekatan
Nilai Sekarang
Pendekatan
nilai sekarang disebut juga dengan metode kapitalisasi laba (capitalization of income method) karena
melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan
menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya bahwa nilai dari perusahaan
tergantung dari prospek perusahaan tersebut dimasa mendatang dan prospek ini
merupakan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas dimasa depan, maka
perusahaan tersebut dapat ditentukan dengan mendiskontokan nilai-nilai arus kas
(cash flow) dimasa depan menjadi
nilai sekarang sebagai berikut:
(1-1)
Notasi:
P0*
= nilai sekarang dari perusahaan (value
of the firm)
t = periode waktu ke t=1 sampai dengan ∞
k = suku bunga diskonto (discount rate) atau tingkat pengembalian yang diinginkan (required rate of return).
Arus
kas merupakan kas yang diterima oleh perusahaan emiten. Earnings yang diperoleh
oleh perusahaan dapat ditahan sebagai sumber dana internal atau dibagikan dalam
bentuk dividen. Arus dividen dapat dianggap sebagai arus kas yang diterima oleh
investor.dengan alasan bahwa dividen merupakan satu-satunya arus pendapatan
yang diterima oleh investor, model diskonto dividen dapat digunakan sebagai
pengganti model diskonto arus kas untuk menghitung nilai intrinsik saham.
Model
diskonto dividen untuk menghitung nilai intrinsik saham adalah sebagai berikut
:
(1-2)
Notasi
:
Dt = dividen yang dibayar untuk
periode ke-t.
Dapat
juga dituliskan sebagai:
(1-3)
Pembayaran dividen tidak teratur
Kenyataannya beberapa perusahaan
membayar dividen dengan tidak teratur, yaitu dividen tiap-tiap periode tidak
mempunyai pola yang jelas bahkan untuk periode-periode tertentu tidak membayar dividen sama sekali (misalnya dalam
periode masa rugi atau dalam periode kesulitan likuiditas). Untuk kasus
pembayaran dividen yang tidak teratur ini, untuk menghitung nilai intrinsik
saham digunakan rumus (1-3).
Dividen konstan tidak bertumbuh
Umumnya perusahaan enggan untuk
memotong dividen karena pengurangan dividen akan dianggap sebagai sinyal jelek
oleh investor. Perusahaan emiten tidak ingin mengeluarkan sinyal seperti ini,
sehingga banyak ditemukan perusahaan membayar dividen yang konstan untuk
menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan dalam keadaan stabil. Jika perusahaan
membayar dividen konstan yang nilainya sama dari waktu ke waktu, yaitu sebesar
D, maka nilai intrinsik harga saham di rumus (1-3) menjadi:
(1-4)
Dan dapat disederhanakan menjadi:
(1-5)
Kasus dividen konstan umumnya
dilakukan untuk menilai saham preferen karena dividen saham preferen biasanya
adalah konstan yang umumnya dinyatakan dalam persentasi dari nilai nominalnya.
Pertumbuhan dividen yang konstan
Bentuk lain dari model diskonto
dividen adalah untuk kasus dividen yang bertumbuh secara konstan yaitu dengan
pertumbuhan sebesar g. Jika dividen periode awal adalah D0, maka
dividen periode kesatu adalah D0(1+g). Rumus untuk mencari nilai
intrinsik saham untuk kasus ini yaitu:
(1-6)
Untuk
D1= D0(1+g) maka menjadi:
(1-7)
Rumus ini juga
dikenal dengan model Gordon karena Myron J.Gordon merupakan orang yang
mengembangkan dan mengenalkan model ini. dengan asumsi dasar dari model ini
adalah k (suku bunga diskonto) harus lebih besar dari g (tingkat pertumbuhan
dividen).
Harga jual akhir
Model diskonto
dividen di (1-2) sampai (1-7) mengasumsikan bahwa arus dividen sifatnya adalah
infiniti, yaitu dividen dividen dibayar terus sampai periode ke-∞. Tidak semua
investor menyukai dividen dan akan memegang saham selamanya. Investor seperti
ini biasanya mementingkan capital gain
dibandingkan dividen. Untuk investor seperti ini harga jual akhir yang diterima
perlu dipertimbangkan sebagai arus kas yang harus masuk kedalam rumus model
dividen diskonto sebelumnya. Jika investor menjual sahamnya pada periode ke-n
sebasar Pn, mak rumus nilai intrinsik saham dapat ditulis sebagai
berikut:
(1-8)
Nilai Pn merupakan nilai
harga jual dari saham atau disebut dengan nilai terminal, yaitu nilai akhir yang
diterima oleh investor.
b)
Pendekatan
PER
Salah satu
pendekatan yang populer yang menggunakan nilai earnings untuk mengestimasi nilai intrinsik adalah pendekatan PER
(price earnings ratio) atau disebut juga dengan pendekatan earnings multiplier. Ratio
ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap
kelipatan dari earnings.
Rumus yang digunakan dalam pendekatan ini
adalah :
Atau :
Rumus ini menunjukkan faktor-faktor
yang menentukan besarnya PER, yaitu:
1) PER
berhubungan positif dengan rasio pembayaran dividen terhadap earnings (D1/E1).
2) PER
berhubungan negatif dengan tingkat pengembalian yang diinginkan (k).
3) PER
berhubungan positif dengan tingkat pertumbuhan dividen (g).
No comments:
Post a Comment