Aliran Filsafat
Pendidikan Rekonstruksionisme
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
TI AISYAH (0902010014)
JUNIATI (0902010005)
IRHAMNI (080201155)
DARYANTI (080201177)
DOSEN PEMBIMBING:
SAED MAHMUD,MA
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah
Filsafat Pendidikan yang berjudul “Alirat Filsafat Pendidikan
Rekonstruksionisme”, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Shalawat serta
salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi kita, yaitu Nabi Muhammad
SAW. yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Kami menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
Maka dari itu kami mohon saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Dan harapan
kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita khususnya bagi para pembaca,
Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam filsafat modern dikenal
beberapa aliran-aliran diantaranya aliran rekontrusionisme di zaman modern ini
banyak menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan manusia terutama dalam
bidang pendidikan dimana keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai
kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Untuk mengatasi krisis kehidupan
modern tersebut aliran rekonstrusionisme menempuhnya dengan jalan berupaya
membina konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi
dalam kehidupan umat manusia.
Oleh karena itu pada aliran
rekonstruksionisme ini, peradaban manusia masa depan sangat di tekankan. di
samping itu aliran rekonstruksionisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan
masalah, berfikir kritis dan sebagainya.
B. Rumusan masalah
Dalam makalah
ini kami akan membahas tentang:
- Latar belakang lahirnya aliran rekonstruksionisme
- Pandangan rekonstruskionisme dan penerapannya dibidang pendidikan.
- Teori pendidikan rekonstruksionisme
C. Tujuan penulisan makalah
Makalah ini ditulis bertujuan untuk :
- Agar kita bisa mengetahui latar belakang lahirnya rekonstruksionisme
- Mengetahui dan penerapannya dibidang pendidikan
- Mengetahui teori-teori pendidikan rekonstruksionisme
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar belakang Aliran
rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari
bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks
filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern.
Pada dasarnya aliran
rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme bahwa ada kebutuhan anam
mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan zaman modern sekarang
(hendak menyatakan krisis kebudayaan modern), yang sekarang mengalami
ketakutan, kebimbangan dan kebingungan. Tetapi aliran rekonstruksionisme tidak
sependapat dengan cara dan jalan pemencahan yang ditempuh filsafat
perenialisme. Aliran perenialisem memilih jalan kembali ke alam kebudayaan abad
pertengahan. Sementara itu alliran rekonstruksionisme berusaha membina suatu
konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan
tertinggi dalam kehidupan manusia.
Untuk mencapai tujuan tersebut,
rekonstruksionisme berusaha mencari kepepakatan semua orang mengenai tujuan
utama yang dapat mengatur tata kehidup manusia dalam suatu tatanan baru seluruh
lingkungannya, maka melalui lembagai dan proses pendidikan. Rekonstruksionisme
ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang sama sekali baru.
Rekonstruksionisme merupakan
kelanjutan dari gerakan progresivme, gerakan ini lahir didasari atas suatu
anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan
masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
Rekonstrusionisme di pelopori oleh
George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930 yang ingin membangun masyarakat
baru, masyrakat yang pantas dan adil.tokoh- tokoh aliran rekonstruksionisme
yaitu Caroline pratt, George count, dan Harold rugg.
Progresifisme yang dilandasi
pemikiran Dewey dikembangkan oleh Kilpatrick dan Jhon Child, juga mendorong
pendidikan agar lebih sadar terhadap tanggung jawab sosial. Namun mereka tidak
sepakat dengan Count dan rugg bahwa sekolah harus melakukan perbaikan
masyarakat yang spesifik. Kaum progresif lebih suka menekankan tujuan umum
pertumbuhan masyarakat melalui pendidikan . aliran ini berpendapat bahwa
sekolah harus mendominasi atau mengarahkan perubahan (rekonstruksi) pada tatanan
sosial saat ini.
Usaha rekonstruksionisme sosial yang
diupayakan Brammeld didasarkan atas suatu asumsi bahwa kita telah beralih dari
masyarakat agraris pedesaan kemasyarakat urban yang berteknologi tinggi namun
masih terdapat suatu kelambatan budaya yang serius yaitu dalam kemampuan
manusia menyesuaikan diri terhadap masyarakat teknologi. Hal tersebut sesuai
dengan pandangan Count bahwa apa yang diperlukan pada masyarakat yang memiliki
perkembangan teknologi yang cepat adalah rekonstruksi masyarakat dan pembentukan
serta perubahan tata dunia baru.
B. Pandangan
rekonstruksionisme dan penerapannya di bidang pendidikan
Aliran
rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamat dunia merupakan tugas
semua umat manusia atau bangsa. Oleh karena itu pembinaan kembali daya
intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui
pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar demi generasi sekarang
dan generasi yang akan datang sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan
umat manusia.
Aliran ini
memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang
diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasasi
oleh golongan tertentu. sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya teori
tetapi mesti menjadi kenyataan sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan
potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan
dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,
keturuanan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
George counts
sebagai pelopor rekonstruksionisme dalam publikasinya Dare the school build
a new sosial order mengemukakan bahwa sekolah akan
betul- betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan
masyarakat baru secara keseluruhan, dan kesukuan (rasialisme). masyarakat yang
menderita kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial yang besar merupakan
tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan
rekonstruksi sosial dari pada pendidikan hanya mempertahankan status qua dengan
ketidaksamaan-ketidaksamaan dan masalah-masalah yang terpendam di dalamnya.
sekolah harus
bersatu dengan kekuatan buruh progresif, wanita, para petani, dan kelompok
minoritas untuk mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan. Counts
mengkritik pendidikan progresif telah gagal menghasilkan teori kesejahteraan
sosial dan mengatakan sekolah dengan pendekatan child centered tidak cocok
untuk menentukan pengetahuan dan skill sesuai dalam abad dua puluh.
C. Teori Pendidikan Rekonstruksionisme
- Tujuan Pendidikan
1. Sekolah-sekolah
rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan
sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat.
2. Tugas
sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan ”insinyur-insinyur”
sosial, warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah
masyarakat masa kini.
3. Tujuan
pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik
tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam
skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut
.
- Metode pendidikan
Analisis kritis
terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan programatik
untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan metode pemecahan masalah, analisis
kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.
- Kurikulum
Kurikulum
berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan
masyarakat masa depan.
Kurikulum
banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat
manusi, yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik
sendiri; dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi
kolektif.
Struktur
organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-proses
penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.
- Pelajar
Siswa adalah
generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun masyarakat masa
depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang
diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
- Pengajar
Guru harus
membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah yang dihadapi umat
manusia, mambatu mereka merasa mengenali masalah-masalah tersebut sehingga
mereka merasa terikat untuk memecahkannya.
Guru harus
terampil dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan perubahan.
Guru harus menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebaga suatu cara untuk
menciptakan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan
keberhasilannya.
Menurut Brameld
(kneller,1971) teori pendidikan rekonstruksionisme ada 5 yaitu:
a. Pendidikan
harus di laksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial
baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang
mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern.
b. Masyarakat baru
harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati dimana sumber dan lembaga utama
dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri.
c. anak, sekolah, dan pendidikan itu
sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial.
d. Guru harus menyakini terhadap
validitas dan urgensi dirinnya dengan cara bijaksana dengan cara memperhatikan
prosedur yang demokratis
e. Cara dan tujuan pendidikan harus
diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan
yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan
kebutuhan dengan sains sosial yang mendorong kita untuk menemukan nilali-nilai
dimana manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat universal.
f. meninjau kembali penyusunan
kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi, dan cara
bagaimana guru dilatih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rekonstruksionisme berasal dari
bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks
filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern. maka dari itu rekonstruksionisme berusaha mencari kesepakatan
semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidup manusia
dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya, maka melalui lembagai dan
proses pendidikan. Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
B. Saran
Kami sebagai penulis apabila dalam
penulisan dan penyusunan ini terdapat kekurangan dan kelebihan maka kritik dan
saran dari pembaca dan pembimbing kami harapkan sehingga dalam pembuatan
makalah yang selanjutnya lebih baik dari yang sebelumnya kami hanyalah manusia
biasa yang tidak lepas dari kesalahan sehingga tanpa dukungan dan saran
pembimbing sangat jauh bagi kami untuk mencapai kesempurnaan.
Akhirnya, hanya kepada Allah lah
penulis selalu mengharap ridhoNya. Semoga dari penulisan yang terbatas ini,
bisa mendatangkan manfaat yang tiada batas. Amien.....
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin dan Abdullah Idi,
Filsafat Pendidikan.Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002
Mudyarhardjo Redja, Pengantar
Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004
Syam Muhammad Noor, Filsafat
Penidikan dan Dasar Filfasat Kependidikan Pancasila, Surabaya : Usaha Nasional,
1986
Sadulloh, Uyoh, Pengantar Filsafat
Pendidikan, Bandung : Alfabeta 2003
Zuhairini, Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2004
http:// neneng- halimah-
unindra2b.blogspot.com/2008/6/filsafat pendidikan.html
http://
fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran rekonstruksionisme.html
[2] Muhammad
noor syam, filsafat pendidikan dan dasar filsafat kependidikan pancasila
(surabaya; usaha nasional, 1986) hlm., 340-341
No comments:
Post a Comment