PSIKOLOGI DAN PSIKOLOGI SOSIAL
A. PENDAHULUAN
Pada bab ini fokus pada perubahan faktor sosiologi ke factor psikologi dan
psikologi sosial. Faktor ini meliputi sikap dan perubahan sikap, motivasi,
persepsi, pembelajaran dan personalitas. Sasaran pembelajaran dari psikologi dan psikologi sosial
adalah sebagai berikut:
1. Sikap/Prilaku
2. Motivasi
3. Persepsi
4. Pembelajaran
(learning)
5. Kepribadian
B. PEMBAHASAN
1. SIKAP/PERILAKU
Sikap adalah suatu hal mengenai kecenderunagn bereaksi baik dengan cara
yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan secara konsisten pada orang,
objek, ide/gagasan, atau situasi. Istilah objek sikap digunakan untuk
menggabungkan seluruh objek terhadap
seseorang yang mungkin bereaksi. Sikap dipelajari,
dibangun dengan baik, dan sulit untuk diubah. Seseorang belajar tentang/
mendapat sikap dari pengalaman pribadi, orang tua, teman sebaya, dan kelompok
sosial.
Akuntansi keperilakuan
harus tahu tentang sikap untuk memahami dan memprediksi perilaku seseorang.
Akuntansi keperilakuan mungkin juga berkepentinagn dalam sikap para karyawan
terhadap sebuah paket kompensasi yang diusulkan, sikap auditor internal
terhadap pengenalan paket perangkat lunak yang baru, dan sikap pelanggan
terhadap sebuah perubahan pengemasan.
-
Komponen
Sikap
Sikap
memiliki komponen kognitif, emosional, dan perilaku. Komponen kognitif
disempurnakan dari gagasan, pandangan, dan kepercayaan slah satunya mengenai
objek sikap komponen emosional atau
afektif mengarah pada perasaan terhadap objek sikap. Perasaan positif meliputi
rasa suka, hormat, atau empati. Perasaan negative termasuk rasa tidak suka,
rasa takut, atau benci. Komponen keperilaku mengarah pada bagaimana seseorang
bereaksi terhadap objek sikap.
-
Kepercayaan,
Pendapat, Nilai, Dan Kebiasaan
Yang berhubungan dekat dengan sikap adalah konsep
kepercayaan, pendapat, nilai, dan kebiasaan. Secara luas, kepercayan mungkin
didefenisikan sebagai komponen kognitif atas sikap. Kepercayaan mungkin
didasarkan pada dugaan bukti ilmiah, atas prasangka atau sebaih intuisi.
Opini atau pendapat kadang-kadang didefenisikan
sebagai sinonim untuk sikap dan kepercayaan. Secara umum, opini dipandang sebagai konsep yang lebih
sempit dari sikap. Seperti halnya kepercayaan, pendapat dihubungkan dengan
komponen kognitif atas sikap dan dikaitkan dengan bagaimana seseorang menilai
atau mengevaluasi sebuah objek.
Nilai adalah sasaran hidup yang penting dan standar
keperilakuan. Nilai adalah dan perasaan dasar yang mana orang-orang
mengorientasikan diri mereka ke arah sasaran yang lebih tinggi dan mereka
membedakan apa yang bermanfaat dan indah dari apa yang jorok dan tidak sopan.
Nilai ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku.
Kebiasaan adalah pola yang tanpa disadari, otomatis,
dan berulang dari tanggapan perilaku. (Siegel;1989:29)
-
Fungsi
Sikap
Sikap memberikan empat
fungsi utama :
1.
Pemahaman/pengetahuan/fungsi
membantu seseorang memberi arti, menyusun pengertian dari, informasi atau
kejadian baru.
2.
Kebutuhan akan kepuasan. Misalnya, orang
cenderung untuk membentuk sikap positif terhadap objek saat memperoleh apa yang
mereka inginkan dan bersifat negative terhadap objek saat dihalangi untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan.
3.
Pembelaan diri melalui pengembangan atau
perubahan untuk melindungi orang dari dasar pengakuan kebenaran tentang diri
mereka atau dunia.
4.
Ekspresi nilai, orang-orang memperoleh
kepuasan dengan mengekspresikan diri mereka melalui sikapnya.
-
Pembentukan dan Perubahan Sikap.
Pembentukan
sikap mengarah pada pengembangan sebuah sikap terhadap sebuah objek ketika
tidak terdapat sikap sebelumnya. Perubahan sikap mengarah pada penggantian
sebuah sikap yang telah ada sebelumnya dengan sikap baru. Sikap terbentuk atas
dasar factor psikologi, pribadi/personal, dan sosial
-
Teori
Perubahan Sikap
Teori perubahan sikap membantu kita memperkirakan
permohonan apa yang paling efektif, yang mana sikap kemungkinan besar berubah
sebagai hasil dari permohonan, dan dalam keadaan tersebut yang mana sebuah
permohonan tidak menjadi efektif. Kita harus mengingat bahwa sikap mungkin
berubah tanpa dorongan dari luar. Sebagai contoh, jika seseorang diarahkan
terhadap informasi baru mengenai objek, maka perubahan sikap mungkin dihasilkan.
Karyawan yang setia yang mempelajari bahwa karyawan keuangan puncak perusahaan
telah menggelapkan dana untuk beberapa tahun yang lalu mungkin mengubah
kecenderungannya terhadap perusahaan, eksekutif perusahaan secara umum, dan
pekerjaannya sendiri.
-
Teori
Stimulus-Respon dan Penguatan
Teori
stimulus-respon dan penguatan atas perubahan sikap fokus pada bagaimana
seseorang menanggapi stimulus khusus. Penempatan teori lebih menegaskan
komponen stimulus dari pada respon.
-
Teori Penilaian Sosial
Teori
penilaian sosial dari perubahan sikap mengambil sebuah pendekatan
pandangan/persepsi. Teori ini mempertimbangkan perubahan sikap sebagai sebuah
hasil dari perubahan bagaimana orang-orang merasa sebuah objek lebih baik dari
pada sebuah perubahan akan objek tersebut. Teori menekankan bahwa kita dapat
menciptakan perubahan kecil dalam sikap individu jika kita mengetahui struktur
sikap seseorang saat ini dan jika kita membuat pemohonan untuk berubah dengan
cara sedikit mengancam.
-
Teori Konsistesi dan Ketidaksesuaian
Beberapa
teori perubahan sikap mengasumsikan bahwa seseorang mencoba untuk
mempertahankan sebuah konsistensi, atau kesesuaian, antara sikap dan perilaku
mereka. Teori ini menegaskan pentingnya gagasan dan kepercayaan seseorang.
Teori
konsistensi menyatakan bahwa hubungan antara sikap dan perilakU adalah seimbang
ketika tidak terdapat stress kognitif dalam system.
Teori
Ketidaksesuaian adalah sebuah variasi dari teori konsistensi. Teori ini
berkaitan dengan hubungan antara unsure kognitif (informasi, kepercayaan, dan
gagasan). Ketidaksesuaian kognitif terjadi ketika seseorang mempunyai dua
kondisi yang bertentangan.
-
Teori Persepsi Diri
Teori
ini menyatakan bahwa orang-orang mengembangkan sikap mereka berdasarkan cara
mereka mengobservasi dan menginterpretasikan perilakunya.. dengan kata lain,
teori menempatkan bahwa sikap tidak
menentukan perilaku, tetapi lebih kepada sikap dibentuk setelah perilaku
terjadi sehingga sikap akan menjadi konsisten dengan perilaku. Teori fungsional
menyatakan bahwa sikap membantu orang untuk memperoleh kebutuhannya, seperti
diskusi ada awal bab. Sehinggan untuk mengubah sikap sesorang kita harus
menemukan apa kebutuhan dari orang tersebut.
2.
MOTIVASI
Motivasi adalah proses
memulai kesadaran dan tindakan dengan maksud tertentu. Motivasi adalah kunci
untuk memulai, manjalankan, memelihara dan mengarahkan perilaku. Motivasi juga
terkait dengan reaksi subjektif yang terjadi selama proses ini. Manajer dan
akuntan perilaku harus memotivasi orang-orang pada level ini pada kinerja yang
diharapkan agar tujuan organisasi tercapai. (Siegel;1989:34)
Motivasi adalah konsep
yang penting untuk akuntan perilaku karena efektivitas organisasi tergantung
pada performa orang-orang sebagaimana mereka diharapkan bekerja. Manajer dan akuntan
perilaku harus memotivasi orang-orang ke tingkat performa yang diharapkan ini
agar sasaran organisasi dapat dicapai.
Motif adalah faktor tunggal yang mencetuskan pross motivasi. Sebagai contoh, beberapa orang menginginkan uang, sementara yang lain menginginkan kekuasaan, ketenaran, atau keamanan. Motif adalah sifat alami seseorang. Orang dari keluarga yang sejahtera mungkin mencari pekerjaan yang memberikan rasa pencapaian/prestasi dan harga diri. Orang lain dari keluarga miskin mungkin mencari pekerjaan yang menawarkan kebebasan dari kekhawatiran keuangan.
Motif adalah faktor tunggal yang mencetuskan pross motivasi. Sebagai contoh, beberapa orang menginginkan uang, sementara yang lain menginginkan kekuasaan, ketenaran, atau keamanan. Motif adalah sifat alami seseorang. Orang dari keluarga yang sejahtera mungkin mencari pekerjaan yang memberikan rasa pencapaian/prestasi dan harga diri. Orang lain dari keluarga miskin mungkin mencari pekerjaan yang menawarkan kebebasan dari kekhawatiran keuangan.
-
Teori
Kebutuhan
Sebagaimana yang kita ketahui mengenai teori
motivasi yakni teori hirarki kebutuhan Maslow. Teori ini digunakan dimana
seseorang termotivasi oleh hasrat mereka untuk memenuhi hirarki kebutuhan yang
diinginkan: kebutuhan-kebutuhan dasar psikologi, kebutuhan-kebutuhan social dan
kepemilikan (pertemanan dan cinta), kebutuhan atas penghargaan diri (dihargai,
pengakuan, kekuatan, dan status) dan kebutuhan akan aktualisasi diri (pemenuhan
akan potensi yang dimiliki).
Berdasarkan teori Maslow, setelah seseorang memenuhi
kebutuhan yang diinginkan dari yang paling rendah sampai kebutuan yang paling
tinggi, hal ini menjadi penting dalam mengarahkan prilaku. Hal ini tidak
sepenuhnya bahwa kebutuhan yang paling rendah merupakan kepuasan yang lengkap
dan selanjutnya menjadi kebutuhan yang lebih tinggi. Teori tersebut juga
merupakan salah satu kepuasan yang diperlukan dan bukan pemotivator dalam
jangka lama.
Konsep hirarki kebutuhan tidak akan didukung dengan
baik hanya dari penelitian empiris. Hal ini terjadi karena di Amerika Serikat,
dimana banyak penelitian telah ada yang menghubungkan bahwa kebutuhan dasar
manusia adalah lebih pada kepuasan. Beberapa peneliti-peneliti bertanya akan
gagasan mengenai struktur kebutuhan manusia yang kompleks dimasukkan dalam
hirarki yang diinginkan. Kritik lainnya berpendapat bahwa teori tersebut tidak
dapat memprediksikan suatu prilaku.
Walaupun terdapat kelemahan, teori kebutuhan Maslow
adalah penting bagi para manajer dan prilaku akuntan untuk diketahui karena hal
itu memusatkan perhatian pada kebutuhan individu dan pengakuan yang serupa
dengan pemberian insentif yang mungkin tidak hanya merupakan kepuasan yang
menjadi kebutuahan setiap orang.
Konsep ERG merupakan sebuah peningkatan dari hirarki
kebutuhan. Konsep tersebut mengusulkan tiga kategori kebutuhan: keberadaan
(hasrat fisik dan materi), hubungan kekerabatan (pertemanan dan kepemilikan)
dan pertumbuhan (pengembangan personal dan pemenuhan diri). Hal ini berbeda
dengan hirarki kebutuhan Maslow bahwa tidak dengan mudah memenuhi kebutuhan
baik yang paling tinggi maupun rendah dan walaupun hal tersebut dapat
memberikan kepuasan, sama halnya dengan kebutuhan yang menjadi motivasi yang
dominan. Sebagai contoh, seorang eksekutif yang frustasi akan usahanya dalam
pemenuhan kebutuhan berupa keakraban mungkin dapat termotivasi oleh keinginan
untuk memperoleh tambahan gaji.
Teori kebutuhan yang ketiga dalam motivasi yakni
teori kebutuhan atas penghargaan oleh McClelland yang mengemukakan semua motif,
termasuk kebutuhan untuk penghargaan yang sedang dipelajari. Karenanya, waktu
kritis untuk mengembangkan motivasi ini adalah sejak kanak-kanak yang
memungkinkan untuk pembelajaran struktur sampai anak-anak, dan selanjutnya
meningkatkan harapan mereka dan mengembangkan kebiasaan bekerja untuk
mengaktualisasikan harapannya.
Ketika kebutuhan akan penghargaan adalah penting
bagi kesuksesan bisnis, seseorang dengan posisi eksekutif yang tinggi juga
memiliki kebutuhan yang kuat untuk kekuasaan. Dengan demikian, teori kebutuhan
untuk penghargaan tidak membantu kita untuk menjelaskan motivasi untuk semua
orang dan seharusnya digunakan dalam kombinasi bersama dengan teori lainnya
untuk mengerti akan pemenuhan motivasi.
Teori 2 Faktor Hezberg berfokus pada dua bagian dari
imbalan atas kerja; yaitu upah yang berhubungan dengan kepuasan pekerjaan
(pemotivasi) dan yang berhubungan dengan ketidakpuasan pekerjaan (factor
hygiene). Pemotivator, yang berhubungan dengan bagian dari pekerjaan, termasuk
di dalamnya promosi, pengakuan, tanggung jawab, pekerjaannya, dan potensi untuk
pengaktualisasian diri. Faktor hygiene, yang berhubungan dengan bagian dari
pekerjaan, atau lingkungan dimana pekerjaan tersebut dilakukan, termasuk di dalamnya
keamanan dalam bekerja, gaji, aturan perusahaan, kondisi kerja, dan hubungan
personal dalam bekerja.
Teori ini bagi motivator dapat menghubungkan
kepuasan kerja tapi juga ketidakpuasan. Faktor hygienis berhubungan dengan
kepuasan tetapi juga ketidakpuasan. Dengan demikian, karyawan termotivasi oleh
sesuatu seperti pengakuan dan kemajuan dalam perusahaan. Peningkatan gaji tidak
akan memotivasi, itu hanya untuk melindungi ketidakpuasan kerja.
-
Teori
Ekspektasi
Teori ekspektasi terhadap motivasi diasumsikan bahwa
pada level ini, motivasi dalam melakukan tugas bergantung pada kenyakinannya
mengenai imbalan atas tugas tersebut. Dengan kata lain, struktur motivasi ada
ketika pengharapan seseorang atas penerimaan imbalan atas kinerja dari tugas
yang dilakukannya masing-masing.
Pada umumnya, motivasi adalah hasil dari harapan,
instrument, dan Valance. Ekspektasi memberikan kemungkinan yang dirasakan bahwa
tindakan spesifik akan menghasilkan sebuah hasil yang spesifik. Sebagai contoh,
karyawan-karyawan mungkin percaya bahwa kinerja yang memuaskan akan dihasilkan
dengan promosi. Valance adalah kekuatan dimana seseorang merasa untuk bagian
dari hasil. Sebagai contoh, bagaimanakah pentingnya promosi bagi karyawan ?
Instrumen menunjukkan efek kausal dari hasil awal pada hasil-hasil yang di masa
depan. Sebagai contoh, sebuah valansi memiliki nilai karena merupakan hasil
dari harapan yang dipercayai sebagai instrument yang memberikan hasil lainya.
Keinginan karyawan untuk promosi mungkin dapat dilihat sebagai instrumen yang
ditransfer ke kantor pusat.
Teori distinguish antara imbalan interistik dan
imbalan ekstristik. Imbalan intristik adalah kreasi internal dan dihasilkan
dari melakukan pekerjaannya sendiri, meliputi perasaan untuk memperoleh
penyelesaian dari melakukan pekerjaan dengan baik atau perasaan puas ketika
proyek telaksana dengan lengkap dan sukses. Imbalan ekstrinsik meliputi upah,
pengakuan, keamanann kerja, dan promosi yang mewakili pembayaran atas kinerja.
Teori motivasi yang digunakan adalah sebuah fungsi antara kedua imbalan
intrinsic dan ekstrinsik.
3.
PERSEPSI
Persepsi pada
hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam
memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah
terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang
unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap
situasi ( Miftah Thoha: 1996. hal.123)
Persepsi adalah
bagaimana seseorang memandang atau menginterpretasikan kejadian, tujuan, dan
manusia. Tindakan manusia yang didasarkan tanpa memperhatikan persepsi lainnya
yang secara akurat maupun tidak mencerminkan realitas. Pada kenyataannya,
realitas adalah apa yang setiap orang rasakan untuk melakukannya. Deskripsi
seseorang terhadap suatu realitas mungkin jauh dari deskripsi dari orang yang
lain. Definisi formal dari persepsi adalah proses dimana kita menseleksi,
mengorganisir, dan dorongan interpretasi ke dalam pemikiran dan koheren dengan
gambaran dunia.
Para manajer dan prilaku akuntansi harus mengembangkan persepsi yang akurat bagi seseorang yang mereka anggap ideal. Perbedaannya bahwa mereka merasa antara kunci dari sekelompok orang dapat memberikan sejumlah kesuksesan atau ketidaksuksesan operasi. Sebagai contoh, sebuah rencana manajer harus mengembangkan persepsi masing-masing pembimbing, pelanngan utama, kesatuan pekerja, penjualan yang representatif, dan manajer-manajer lainnya. Rencana manajer harus mampu mengoreksi kekuatan maupun kelemahan dari setiap pembimbing dalam lingkungan tersebut.
Para manajer dan prilaku akuntansi harus mengembangkan persepsi yang akurat bagi seseorang yang mereka anggap ideal. Perbedaannya bahwa mereka merasa antara kunci dari sekelompok orang dapat memberikan sejumlah kesuksesan atau ketidaksuksesan operasi. Sebagai contoh, sebuah rencana manajer harus mengembangkan persepsi masing-masing pembimbing, pelanngan utama, kesatuan pekerja, penjualan yang representatif, dan manajer-manajer lainnya. Rencana manajer harus mampu mengoreksi kekuatan maupun kelemahan dari setiap pembimbing dalam lingkungan tersebut.
Prilaku para akuntan
perlu mengetahui tentang persepsi karena persepsi tersebut mem bentuk seseorang
untuk berkembang ke dalam ide dan sikapnya mempengaruhi prilaku. Jika dapat
mengembangkan potensi karyawan bagi perusahaan dengan promosi dan kompensasi
yang adil, bahwa seseorang yang bergabung dalam perusahaan dan menjadi pekerja
yang memuaskan. Jika aturan yang diberikan tidak adil, maka calon karyawan yang
bergabung bersama perusahaan lainnya atau lebih sedikit dari total pekerja yang
produktif. Beberapa pengaplikasian berdasarkan persepsi yang telah didiskusikan
sebelumnya.
Dorongan
Fisik Vs Kecenderungan Individu
Pengalaman seseorang di
dunia berbeda-beda karena adanya kemandirian persepsi antara kedua dorongan
fisik dan kecenderungan individu. Dorongan fisik merupakan masukan dari
pancaindera seperti penglihatan, pendengaran, dan berbicara. Kecenderungan
individu termasuk tujuan, kebutuhan, sikap, pembelajaran masa lalu dan harapan.
Persepsi berbeda oleh setiap orang karena kemampuan pancaindera dalam merespon
mungkin memiliki fungsi yang berbeda, tetapi pada dasarnya karena kecenderungan
yang berbeda. Dengan demikian, kesamaan aturan perusahaan akan mengakibatkan
penangkapan yang berbeda oleh pekerja produksi, manajer menengah, dan top
manajemen.
Empat faktor lainnya
yang diasosiasikan dengan kecenderungan individu adalah kekeluargaan, perasaan,
kepentingan dan emosi. Pada umumnya orang merasa tujuan sederhana lebih cepat
daripada tujuan yang tidak sederhana. Sebagai contoh jika kita ketahui bahwa
manajer baru merupakan seorang anggota pada The Elks atau Lions, hubungan
kekeluargaan dalam organisasi dapat berdampak lebih baik—walaupun tidak semudah
itu anggota Tutles atau Tiger, kehilangan kekeluargaan dalam organisasi akan
mengakibatkan pengembangan persepsi yang lebih lambat.
Perasaan seseorang
terhadap suatu tujuan atau seseoarang juga berefek pada persepsi. Ini merupakan
sebuah tendensi bagi seseorang untuk mencari lebih banyak informasi mengenai
tujuan terhadap yang mereka pegang sebagai kekuatan positif atau perasaaan
negatif. Secara sederhana, yang lebih penting adalah manusia atau tujuannya,
informasi lebih yang ditunjukkan. Pada dua kasus, informasi lebih yang
didapatkan tentang sebuah tujuan, persepsi yang lebih lengkap dari tujuan.
Akhirnya, kondisi
emosional seseorang dapat memberikan efek pada persepsi. Persepsi mungkin dapat
bergantung secara masing-masing, apakah kita telah memiliki hari yang baik atau
hari yang buruk, apakah perasaan riang gembira atau depresi dan selanjutnya.
Penyelesaian,
Pengorganisasian, dan Dorongan Interpretasi
Persepsi yang telah
dikemukakan di atas merupakan proses
dimana kita menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasikan
dorongan. Kita tidak hanya untuk merasakan sedikit dari bagian untuk semua
dorongan yang kita perlihatkan. Jadi secara sadar atau tidak sadar, kita
menyeleksi apa yang kita rasakan. Biasanya kita melakukan seleksi untuk
mempersepsikan sesuatu yang kita temukan lebih menarik atau lebih penting.
Apa yang kita seleksi
untuk perasaan yang secara khas bergantung pada sifat dari dorongan, harapan
kita dan motiv kita. Sifat dari dorongan yang dimaksudkan seperti factor-faktor
seperti atribut fisik, desain, dan dorongan lainya yang berlainan, “buzz
words” dan nama-nama cabang. Harapan
merupakan dasar dari pengalaman yang kita rasakan dan kita kondisikan. Secara frekuensinya, kita melihat apa yang
kta harapkan terjadi dan termotivasi untuk merasakan apa yang kita butuhkan dan
inginkan. Sebagai contoh, ketergantungan pada kebutuhan-kebutuhan atau harapan-harapan, kita tidak hanya
melihat “baik” atau “buruk” dari situasi-situasi yang berbeda.
Biasanya seseorang
mencari simpati dari luar dan dorongan atas kesenangan dan menghindari rasa
sakit atau dorongan yang berupa ancaman. Mereka mungkin seperti tidak merasa
penting, mungkin kehilangan informasi bahwa hal itu bukan suatu konsistensi
terhadap kepercayaan yang berlebih-lebihan atau sederhana “turn off” untuk
melindungi dirinya dari dorongan yang bombarder.
Persepsi
Relevan Untuk Akuntan
Akuntan perilaku dapat
mengaplikasikan pengetahuaan akan persepsinya ke dalam aktivitas-aktivitas
perusahaan. Misalnya, dalam evaluasi kinerja, tata cara dimana seseorang
dihargai dipengaruhi oleh akurasi dari persepsi supervisor. Dalam keputusan
seleksi karyawan manajer haruslah sensitif terhadap kemungkinan bahwa keputusan
mereka mungkin saja biasa terhadap kesan pertama yang berpengaruh atau tidak.
Selalu terdapat risiko
dalam mengambil keputusan bisnis. Keputusan manajer tergantung pada risiko yang
mereka tetapkan dan toleransinya pada risiko. Seseorang yang mengambil risiko
tinggi cenderung menjadi "kelompok sempit". Dan mereka yang mengambil
risiko rendah adalah "kategori luas", yang memilih wilayah lebih luas
dari alternatif.
4.
PEMBELAJARAN ( LEARNING
)
Pola pemikiran dan
keprilakuan yang orang bawah ke dalam lingkungan kerja mereka yang
merefleksikan pengalaman, persepsi, dan motivasi mereka. Pola keperilakuan ini
bias sehingga tidak optimal terhadap organisasi. Untuk itu perilaku akuntan
harus akrab dengan hal yang bersifat prinsip dengan teori pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses di mana perilaku yang baru terjadi sebagai hasil
motivasi, pengalaman, dan pengulangan pada respon untuk situasi tertentu.
Kombinasi motivasi, pengalaman, dan terjadi pengulangan dalam bentuk kondisi
klasik dan operasional
.
Kondisi
Klasik (Pavlov’sDog)
Pavlov mengamati anjing
yang mengeluarkan air liur tidak hanya ketika makan tetapi juga ketika mereka
mengamati makanan. Makanan yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan
menyebabkan tanggapan keperilakuan yang tidak sesuai terjadi. Pada
pengalamannya, Pavlov pertama kali membunyikan bel kemudian memberi makan
anjing. Pertama anjing hanya mengeluarkan air liur ketika diperlihatkan
makanan. Tetapi setelah perlakuan demikian dilakukan berulang-ulang, anjing
akhirnya mengeluarkan air liur pada saat bel berbunyi. Pada kasus ini bel
(ransangan) diikuti dengan respon yang sesuai kondisi. Hubungan antara sebuah
ransangan dengan respon yang sesuai kondisi disebut Classical Conditioning.
Operant
Conditioning
Pada classical
conditioning rangsangan murni diikuti oleh sebuah balasan di mana menghasilkan
respon. Pembelajaran yang bersifat prinsip telah diaplikasikan pada kebanyakan
organisasi. Hasilnya dalam bentuk pengatuan bonus dan penghargaan lainnya yang
telah dibangun untuk memperbaiki produktifitas, mengurangi perbaikan dan
ketidakhadiran dan membuat karyawan lebih tanggap kepada kebutuhan konsumen.
5.
KEPRIBADIAN
Kepribadian mengacu
pada karakteristik psikologis dari dalam diri. Yang menentukan dan
merefleksikan bagaimana respon seseorang terhadap lingkungannya. Tidak ada dua
orang yang memiliki persamaan dalam karakter pribadi secara khusus. Aplikasi
utama dari teori kepribadian dalam organisasi merupakan prediksi keperilakuan.
Pengujian personalitas dapat menentukan siapa yang lebih efektif dalam tekanan
pekerjaan, siapa yang merespon dengan baik setiap kritikan, siapa yang pertama
kali dipuji sebelum berbicara tentang perilaku yang tidak diinginkan, siapa
yang memiliki kemampuan memimpin, siapa yang senang bekerja berpartisipasi
dalam lingkungan kerja.
No comments:
Post a Comment