Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya.Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
memengaruhi.
Setiap ekosistem memiliki dua komponen pokok yaitu komponen biotik (makhluk hidup)
dan komponen abiotik (benda
mati). Komponen biotik terdiri dari semua jenis makhluk hidup seperti
tumbuhan, hewan, dan jasad renik (mikro) yang bersifat parasit maupun saprofit.
Komponen abiotik terdiri
kumpulan makhluk tak hidup atau benda mati antara lain tanah, udara, angin,
keadaan suhu/temperatur, kelembaban, udara, air, kadar garam (salinitas),
keasaman (pH), tofografi (keadaan muka bumi), dan cahaya matahari.
1. Komponen Abiotik
a. Cahaya Matahari.
Cahaya matahari merupakan komponen abiotik utama yang
berguna sebagai sumber energi primer bagi kehidupan. Terutama bagi tumbuhan dan
makhluk hidup autotrof lainnya, untuk berfotosintesis. Tidak semua
spektrum sinar matahari berguna untuk fotosintesis (hanya merah, nila, dan
biru). Penyebaran cahaya di permukaan bumi juga tidak merata. Penyusupan cahaya
ke dalam air juga terbatas. Oleh karena itu setiap organisme mempunyai
cara untuk beradaptasi terhadap unsur cahaya ini. Faktor cahaya juga berkaitan
dengan faktor suhu. Makhluk hidup memiliki suhu optimum tertentu untuk
kelangsungan hidupnya. Reaksi kimia dalam tubuh organisme juga dipengaruhi oleh
suhu lingkungan. Sempitnya sebaran suhu yang memungkinkan proses biokimia dapat
berlangsung secara efisien, menunjukkan bahwa organisme di manapun mereka
hidup, berkepentingan untuk melawan atau menghindari suhu lingkungan yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah.
b. Air.
Air juga merupakan komponen besar bagi penyusun tubuh
makhluk hidup. Keberadaan air di permukaan bumi yang tidak seragam telah
menuntut adaptasi makhluk hidup yang ada. Akibatnya munculkan
keanekaragaman makhluk hidup ditilik dari hubungannya dengan kebutuhan
akan air. Seberapa jauh organisme dapat membebaskan diri dari ketergantungan
air, tergantung pada kebutuhan dan kemampuannya menghemat air dalam keadaan
tertentu. Organisme yang hidup dalam habitat yang kering pada umumnya memiliki
cara penghematan atau penyimpanan air.
c. Udara.
Udara merupakan komponen penyusun atmosfer bumi. Komponen
udara yang terpenting bagi kehidupan makluk hidup adalah oksigen, dan
karbondioksida. Oksigen dibutuhkan dalam pernapasan semua makhluk hidup,
sedangkan karbondioksida digunakan sebagai komoponen pembentukan bahan makanan
(fotosintesis) bagi tumbuhan. Selain sebagai selimut bumi, atmosfer juga
sebagai sumber unsur tertentu yang berwujud gas. Udara yang berada di dalam
tanah juga sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Dengan demikian
komposisi udara di atmorfer dan di dalam tanah sangat berpengaruh bagi
kehidupan makhluk hidup.
d. Kelembaban.
Kelembaban adalah kadar air yang terdapat di udara.
Kelembaban berpengaruh pada proses penguapan air dari permukaan tubuh makhluk
hidup. Laju penguapan perpengaruh pada ketersediaan air di dalam tubuh
makhluk hidup. Setiap makhluk hidup mempunyai respon yang
berbeda-beda terhadap lingkungan yang berkelembaban berbeda-beda. Kelembaban
penting karena dapat mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan tubuh
organisme yang selanjutnya mempengaruhi kemampuannya untuk bertahan terhadap
kekeringan.
e. Tanah.
Tanah merupakan tempat hidup seluruh kehidupan. Sebagian
besar zat penyusun tubuh makhluk hidup berasal dari tanah. Oleh sebab itu
tak mungkin ada kehidupan tanpa adanya tanah. Tanah yang subur yang mampu
menyediakan kebutuhan organisme terutama golongan tumbuhan. Tanah secara fisik
dan kimiawi merupakan hasil proses destruksi dan konstruksi berbagai komponen
lingkungan, seperti batuan dan bahan organik. Pembusukan dan pelapukan
merupakan contoh proses destruksi, pembentukan mineral baru merupakan hasil
proses konstruksi.
f. Arus angin.
Angin merupakan pergerakan udara yang disebabkan oleh
perbedaan suhu antara tempat-tempat itu. Kekuatan angin akan berpengaruh
terhadap karakter tumbuhan. Daerah yang biasa dengan angin yang kuat, hanya
bisa ditempati oleh tumbuhan yang liat dan berakar kuat. Angin juga merupakan
alat penyebaran biji dan spora.
g. Arus air.
Teristimewa dalam sungai atau aliran air lainnya. Hanya
hewan yang dapat berenang atau dapat menghindar dari arus deras dapat bertahan.
Sebab itu, hewan tak dapat berenang biasanya hidup di batu-batuan atau dalam
lubang-lubang pada tebing sungai. Tumbuhan yang mampu hidup pada
lingkungan berarus kuat biasanya menempelkan tubuhnya pada media
dengan akar yang kuat. Sedangkan yang hidup di perairan yang tenang ada yang
mengapung, melayang dengan alat tubuh teretentu.
h. Salinitas.
Kepentingan salinitas dapat dilihat secara tajam pada spesies laut dan air
tawar. Salinitas juga mempengaruhi destribusi hewan-hewan di daerah
pasang surut atau pertemuan sungai dan laut. Hewan-hewan di sini memiliki
kemampuan adaptasi fisiologi atau adaptasi tingkah laku untuk bertahan terhadap
turun naiknya (fluktuasi) salinitas harian yang mengikuti irama pasang surutnya
air laut.
i. Ombak.
Ombak
sangat berpengaruh
terhadap makhluk hidup yang hidup dalam daerah yang banyak
gelombang. Untuk bertahan terhadap gempuran ombah sewaktu-waktu perlu
kemampuan adaptasi khusus, misalnya kemampuan mencengkeram tempat tumbuh
atau kedudukannya seperti binatang karang, anemon laut, udang pantai
penggali pasir, penempelan pada karang seperti Fucus dan Laminaria.
j. Derajat keasaman (pH).
PH pada habitat makhluk hidup sangat berpengaruh
pada jenis makhluk hidup yang ada. Setiap makhluk hidup membutuhkan
kondisi pH optimal yang berbeda-beda. Perubahan pH pada habitat akan
menimbulkan respon tertentu dari makhluk hidup. Beberapa tanaman dapat
bertahan hidup dalam keadaan asam, lainnya dalam kondisi netral
atau lebih bersifat basa. Umumnya tanaman peka terhadap perubahan pH.
k. Iklim.
Iklim merupakan
hasil interaksi komponen kelembaban udara, suhu, curah hujan dll. Iklim
berkaitan dengan tingkat kesuburan tanah, kadar air, kadar garam laut, arus
air, ombak dll. Makhluk hidup membutuhkan adaptasi fisiologis dan
adaptasi tingkah laku tertentu di dalam merespon perubahan iklim. Hubungan
antara iklim, tanah dan tumbuhan disajikan dalam giagram berikut ini.
l. Topografi.
Topografi adalah kombinasi antara posisi lintang suatu
tempat dipermukaan bumi (latitude)
serta tinggi rendahnnya ditinjau dari permukaan laut (altitude). Topografi memiliki pengaruh besar terhadap iklim
dan penyebaran makhluk hidup. Dengan memperhatikan distribusi
makhluk hidup, kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan, misalnya
pada sungai bagian pinggir dan tengahnya, di atas dan di bawah batu, tembok
sebelah timur dan tembok sebelah barat rumah. Barangkali ini dapat dijelaskan
dari adanya perbedaan pencahayaan, suhu, kelembaban, oleh perbedaan letak atau
topografi. Topografi skala kecil ini dapat menggambarkan distribusi organisme
dalam skala besar, yaitu pemisahan geografis.
2. Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas
makhluk hidup. Ada dua ciri terpenting dalam kelompok makhluk hidup
yaitu; (1) metabolisme adalah suatu
proses psikologis termasuk anabolisme
(membangun) dan katabolisme (memecah).
Proses ini meliputi makan dan
penggunaan energi. (2). Menjaga kelangsungan diri sendiri. merupakan
pengendalian, koordinasi, dan menjaga kelangsungan jenis dari proses
metabolisme yang merupakan tiga unsur penting kehidupan.
Berdasarkan jenis makanannya, ada dua unsur pokok dalam komponen biotik,
yaitu; (1). unsur autotrofik, adalah
suatu organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri yang
berupa bahan organik. (2) unsur heterotrofik,
adalah organisme yang mampu memanfaatkan hanya bahan-bahan organik sebagai
bahan makanannya, bahan tersebut disintesis oleh organisme lain. Unsur
autotrofik termasuk di dalamnya adalah golongan tumbuhan, sedangkan unsur
heterotropik termasuk di dalamnya adalah hewan dan manusia.
Persamaan dan perbedaan mendasar antara golongan hewan dan tumbuhan adalah
sebagai berikut :
Persamaan:
1. Keduanya
terbentuk dari sel dasar dan membawa fungsi vital yang sama.
2. Perbedaan
khusus (khas) antara keduanya terdapat di dalam struktur sel dan cara makan
serta pergerakannya.
Perbedaan.
1.
Tumbuhan dapat memproduksi
makanannya dari materi anorganik sederhana yang diambil dari udara, tanah, dan
air.
2.
Konsumen karena tidak bisa memproduksi makanannya sendiri. Makanan bagi
binatang sudah berwujud organik yang sudah disediakan oleh tumbuhan atau
binatang lain.
3.
Binatang, secara umum dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.
4.
Tumbuhan hanya akarnya yang bergerak memanjang.
5.
Tumbuhan mengeluarkan energi untuk proses pembuatan.
6.
Binatang kebanyakan mengeluarkan energi untuk mencari makanan, mencari
pasangan, dan bergerak menghindar dari musuhnya (predatornya).
Manusia merupakan faktor biotik yang mempunyai pengaruh
ekologi terkuat di bumi ini, baik dalam pengaruh memusnahkan dan
melipatkan atau mempercepat penyebaran hewan dan tumbuhan. Sebagai contoh
penyebaran enceng gondok di Indonesia ke Thailand yang semula sebagai tanaman
hias sekarang menjadi gulma, keong emas yang semula menjadi hiasan di kolam
atau sebagai sumber protein hewani tambahan sekarang menjadi hama padi.
Setiap makhluk hidup hanya dapat hidup dan
berkembang baik pada lingkungan yang cocok, yang disebut habitat. Di tempat yang sesuai
itulah makhluk hidup akan berkembang, menyebar dan migrasi untuk
mencari tempat lain yang kondisinya sama dengan kondisi di mana nenek moyangnya
berada.
Berdasarkan habitatnya, komponen biotik dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:
1.
Makhluk hidup akuatik, yaitu makhluk hidup yang habitat hidupnya di daerah
perairan, misalnya ikan, rumput laut, paus, dan lain-lain.
2.
Makhluk hidup terestrial, yaitu makhluk hidup yang habitatnya di daratan,
misalnya harimau, kambing, ayam, dan lain-lain.
Di dalam ekosistem, setiap organisme menempati
fungsi tertentu yang disebut dengan istilah relung atau niche.
Oleh karena itu komponen biotik ekosistem dapat dikelompokkan berdasarkan
relung tadi. Secara garis besar ada empat relung, yaitu:
a. Produsen. Produsen
yakni organisme yang dapat menyusun senyawa organik dari bahan anorganik,
menjadi makanannya sendiri. Di dalam membentuk makanannya sendiri, organisme
ini dibantu oleh cahaya matahari. Organisme ini sering disebut juga organisme autotrop. Yang termasuk kelompok
ini meliputi tumbuhan hijau, beberapa jenis bakteri dan ganggang biru.
b. Konsumen. Konsumen
meliputi organisme yang tidak mampu membuat zat makanan sendiri, dan untuk
memenuhi kebutuhan makanannya bergantung pada organisme lain. Organisme
ini disebut juga organisme heterotrop.
Organisme konsumen dibedakan berdasarkan atas jenis makanannya menjadi golongan:
-
herbivora, yaitu organisme
yang mendapatkan kebutuhan energinya dengan memakan tumbuhan (pemakan
daun-daunan, buah-buahan, biji-bijian, umbi-umbian) sebagai konsumen tingkat I.
Misalnya, ulat, kambing,
-
karnivora, yaitu organisme
yang mendapatkan kebutuhan energinya dengan memakan herbivora (hewan yang
makanannya berupa hewan lain) sebagai konsumen tingkat II. Misalnya, kucing,
anjing.
-
Omnivora, , yaitu
organisme yang mendapatkan energi dengan mengkonsumsi produsen secara langsung
atau dengan memangsa herbivora atau karnivora (pemakan segala). Misalnya, ayam,
itik, babi, manusia.
c.
Dekomposer. Dekomposer disebut juga perombak (pengurai), yakni organisme yang
bertugas merombak sisa-sisa organisme lain untuk memperoleh makannnya. Adanya
perombak ini memungkinkan zat-zat organik terurai dan mengalami daur
ulang kembali menjadi hara. Yang termasuk kelompok perombak adalah
bakteri dan jamur.
d. Detritivora, yakni
organisme yang memakan partikel-partikel organik (detritus). Detritus merupakan hancuran jaringan
hewan atau tumbuhan yang melapuk. Yang termasuk golongan ini adalah cacing
tanah, siput, lipan, keluwing, teripang, dll.
Berdasarkan fungsinya
komponen biotik dalam ekosistem biasanya dibedakan menjadi tiga macam saja,
yaitu produsen, konsumen, dan pengurai (dekomposer dan detritivora). Ketiga
macam komponen biotik tersebut walaupun fungsi atau peranannya berbeda namun
dalam ekosistem terjadi hubungan saling ketergantungan baik seara langsung
maupun tidak langsung. Perhatikan gambar di samping ini! jika anak panah
menunjukkan arah perpindahan energi atau zat makanan, coba kamu jelaskan
hubungan saling ketergantungan di antara komponen biotik tersebut!
C. Macam -Macam Ekosistem
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem
darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air
tawar dan ekosistem air laut.
1. Ekosistem darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya
berupa daratan. Ekosistem darat dalam skala luas yang memiliki tipe
vegetasi dominan disebut bioma. Jenis-jenis bioma dipengaruhi oleh keadaan
iklim, terutama curah hujan, intensitas cahaya matahari, kelembaban, dan posisi
lintang.
Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya),
ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.
a. Bioma Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis, disebut juga hutan basah, memiliki
ketinggian yang rendah dari permukaan laut. Letak hutan hujan tropis
berada di sepanjang garis katulistiwa, sehingga hutan hujan tropis memiliki
ciri lingkungan, yaitu intensitas cahaya matahari yang tinggi, dan intensitas
curah hujan juga tinggi yaitu sekitar 220-225 cm per tahun. Spesies yang
beragam di hutan hujan dan juga ukuran dan bentuk tumbuhan yang beragam.
Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang
lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40m,
cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi).
Bagian kanopi, yaitu lapisan teratas pohon dipenuhi oleh tumbuhan merambat,
epifit, semak, dan tumbuhan herba lainnya. Hewan di hutan hujan ini juga
beragam, demikian juga jenis serangganya. Gagak, kelelawar, ular, katak, badak,
babi hutan, harimau, burung hantu, dan monyet adalah contoh hewan yang ada di
hutan hujan tropis ini.
Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim
yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat
sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/ besar; suhu sepanjang hari
sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu
liana (rotan), dan anggrek sebagai epifit.
b. Bioma hutan gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang.
Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun, dengan curah hujan
75-150 cm/tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi,
panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat.
Tumbuhan di hutan gugur berciri, daun lebar misalnya tumbuhan maple, oak,
ash dan beech. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung
pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak). Hewan melakukan adaptasi di musim dingin
dengan melakukan hibernasi (tidur jangka panjang) untuk penghematan energi.
c. Bioma gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika
(sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma
gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (15-25 cm/tahun). Suhu siang hari
tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam
hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan
malam sangat besar. Kurangnya air di gurun tidak mendukung proses
fotosintesis tumbuhan. Sebagai akibatnya produktivitas gurun sangat rendah.
Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun
dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak
berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air
(sukulen). Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak,
dan kalajengking.
d. Bioma padang rumput
Bioma ini disebut juga stepa atau prairie, terdapat di
daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah
curah hujan kurang lebih 50-75 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur.
Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang
ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung
pada kelembaban. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar,
serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular
e. Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di
pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah,
musim panas yang sangat singkat. Curah hujan berkisar 25 – 100 cm/tahun. Pada
musim dingin lantai hutan tertutup es akibat rurunnya salju. Biasanya taiga
merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan
sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Suhu yang dingin di hutan
konifer menyebabkan penguapan air sangat jarang, sehingga lingkungan
menjadi demikian lembab dan sesuai untuk pertumbuhan pepohonan. Hewannya
antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke
selatan pada musim gugur.
f. Bioma tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran
kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Tundra disebut juga
padang lumut atau daerah tanpa pohon. Bioma ini memiliki suhu rata-rata di
bawah titik beku. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh
tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken (lumut kerak), tumbuhan
biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya
mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini
ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas.
Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa
kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam. Ada dua
jenis tundra yaitu tundra artik yang
terletak di kutub utara, dan tundra
alpine yang terletak di ketinggian gunung.
2. Ekosistem Perairan Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu
tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.
Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan
biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup
di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi tumbuhan. Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya
bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau.
Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan
tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar
jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air,
tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
Adaptasi hewan. Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton.
Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat.
Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam
mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara
keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan
pencernaan.
Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan
habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi
dan kebiasaan hidup.
a. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof
(tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora
predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat
sisa-sisa organisme.
b. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan
sebagai berikut.
1). Plankton; terdiri atas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang
(bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
2). Nekton;hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya
ikan.
3). Neuston;organisme yang mengapung atau berenang di
permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
4). Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang
melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong, kerang.
5). Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau
hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas,
misalnya cacing dan remis.
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan
air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk
ekosistem air mengalir adalah sungai.
a. Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan
luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. Di
danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah
yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut
daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah
afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau
termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin
di dasar.
Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai
dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi
menjadi 4 daerah sebagai berikut.
1) Daerah litoral. Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya
matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi.
Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke
atas permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk
jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis,
serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura
dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di
danau.
2). Daerah limnetik. Daerah ini merupakan daerah air bebas yang
jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh
berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang
berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan
musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan
kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan
kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular,
kura-kura, dan burung pemakan ikan.
3). Daerah profundal. Daerah ini merupakan daerah yang dalam,
yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk
respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah
limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
4). Daerah bentik. Daerah ini merupakan daerah dasar danau
tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.
Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi
materi organik-nya, yaitu sebagai berikut :
1). Danau Oligotropik. Oligotropik merupakan sebutan untuk danau
yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
2). Danau Eutropik. Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang
dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif.
Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan
oksigen terdapat di daerah profundal.
Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik
akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga
dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan
pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan
sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang
atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya
menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.
Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi".
Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai
keindahan danau.
b. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah,
dari bagian hulu
(pangkal) menuju hilir
(ujung). Organisme fotosintetik jarang ditemui di sungai bagian
hulu. Materi organik yang ada di sungai bagian hulu berasal dari daun dan
ranting dari tumbuhan yang ada di sisi sungai. Walaupun kandungan materi
organiknya rendah, tetapi kadar oksigennya tinggi (karena arus yang tinggi).
Semakin menuju hilir, badan sungai menjadi melebar dan arusnya tenang.
Kondisi sungai yang tenang memungkinkan tumbuhnya ganggang dan tumbuhan air.
oleh karena itu di hilir sungai materi organiknya tinggi, tetapi kadar
oksigennya rendah.
Air sungai dingin dan jernih serta mengandung
sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan
oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis
lintang. Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang
mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam
diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari
ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai
makanan.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai,
anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai ikan air tawar. Di
hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh
berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya
dan lumba-lumba. Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus
karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan
dapat melekat pada batu. Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi
hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.
3. Ekosistem Perairan Laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai,
estuari, dan terumbu karang.
a. Laut.
Ekosistem laut atau bahari merupakan areal paling luas di
antara ekosistem-ekosistem utama lainnya (2/3 bagian bumi atau sekitar 361 juta km persegi).
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar
garam) yang tinggi dengan ion Cl- mencapai 55% terutama di daerah
laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu
laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara
lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah
disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat
bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta
ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke
bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang
berlangsung balik.
Berdasar intensitas cahaya matahari, habitat laut dibagi
menjadi:
a. Daerah fotik,
yaitu daerah yang cukup mendapat intensitas cahaya.
b. Daerah afotik,
yaitu daerah yang kurang / tidak mendapat cahaya. Ekosistem
laut yang tidak terjangkau oleh sinar matahari, karenanya dalam ekosistem ini
tidak ada organisme produsen yang fotoautotrof.
Karena pada ekosistem laut dalam tidak ada produsen fotoautotrof, maka
komunitas yang ada adalah hewan pemakan sampah (saprovora), karnivora, dan
detritivora.
c. Daerah batas antara fotik
dan afotik disebut daerah termoklin. Pada daerah ini kedua air
tidak bisa bercampur karena perbedaan berat jenisnya. Berat jenis air di
daerah fotik lebih kecil dari pada
daerah afotik.
Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan
wilayah permukaannya secara horizontal.
1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.
a.
Neuritik; yaitu habitat laut yang dimulai dari tepi pantai sampai di daerah laut
dengan kedalaman 200 meter.
b.
Oceanik, yaitu habitat laut dari kedalaman 200-10.000 meter
2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut
dari tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a.
Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan
kedalaman air sekitar 200 m.
b.
Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan
kedalaman 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c.
Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan
kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d.
Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai
4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak
mampu menembus daerah ini.
e.
Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman
lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut
yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri
yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan
osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat
tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan
pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan
diekskresikan melalui insang secara aktif.
b. Ekosistem pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem
darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh
siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki
adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik
tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang
menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan
pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis
dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut,
dan ikan-ikan kecil.
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun
surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
Ekosistem pantai disebut juga ekosistem pantai
pasir dangkal. Cirinya adalah daerahnya terbuka, jauh dari pengaruh air sungai
besar atau terdapat di antara dua dinding batu terjal. Ekosistem pantai pasir
dangkal banyak terdapat di pantai utara Jawa, Bali, Sumbawa, dan Sulawesi.
Vegetasi yang dominan adalah rumput laut dan ganggang. Ekosistem ini masih
dikelompokkan menjadi; ekosistem terumbu karang; ekosistem pantai batu dan
ekosistem pantai lumpur.
Sifat tumbuhan pada ekosistem pantai:
1). Menjalar dengan geragih yang panjang.
2). Berakar besar dan panjang.
3). Akarnya termasuk akar
tunjang (akar rawa)
4). Memiliki formasi tertentu.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah
pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut.
1.
Formasi pes caprae. Dinamakan demikian karena yang paling banyak
tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea
pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini
menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia
martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus
tectorius (pandan), dan Scaeuola
Fruescens (babakoan).
2.
Formasi baringtonia. Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia,
termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia,
Terminalia, Guettarda, dan Erythrina.
Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan
bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di
daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen,
akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang
termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan
Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering
tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera,
Acgicras, dan Cylocarpus.
3.
Estuari. Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya
sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal
yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari
daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian
dengan pasang surut airnya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas
tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting,
dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan
estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar.
Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu
unggas air.
4.
Terumbu karang. Di laut tropis, pada daerah neritik,
terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme
lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat
ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu
karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium
karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan
menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup
di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai
invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang.
Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang
laut, dan ikan karnivora.
4. Ekosistem Buatan
Ada beberapa ekosistem yang dihasilkan dari kegiatan manusia ketika melakukan
usaha memenuhi kebutuhannya. Dalam ekosistem buatan sangat mungkin terjadi
proses suksesi.
a.
Waduk atau danau buatan. Ketika dibangun sebuah bendungan di suatu tempat,
maka substrat dasar waduk tersebut berasal dari sawah, kebun, sungai, ladang,
dan lahan lain yang kondisinya berbeda-beda. Setelah terbentuk ekosistem baru
(waduk/danau) lambat laun akan mengalami suksesi.
b.
Hutan tanaman. Yaitu hutan yang vegetasinya dibudidayakan manusia. Hutan ini banyak
dikembangkan di Jawa dan sebagian Sumatera. Biasanya yang dikembangkan adalah
tanaman industri sehingga sering disebut hutan tanaman industri.
c.
Agroekosistem. Adalah ekosistem yang terjadi di daerah pertanian, seperti sawah tadah
hujan, sawah rawa, sawah pasang surut, perkebunan buah-buahan, dan pertanian
terpadu.